Jakontime.com — Melihat berbagai foto dan iklan PKS di Perancis, Jerman, Turki, Inggris, Australia dan lain-lain, bagi yang sudah lama kenal PKS sebenarnya tidak ada yang aneh.
Pergilah ke berbagai negara, hadir dalam berbagai pengajian lokal, maka akan bertemu dengan para kader PKS. Mereka calon master, calon doktor dari berbagai bidang keilmuan. Sebagian lagi doktor-doktor lulusan luar negeri yang sedang kontrak kerja dengan perusahaan asing dan menetap di negara tersebut. Mereka hadir dalam berbagai kegiatan masyarakat. Doktor, tapi guru iqra. Doktor tapi pengasuh grup anak-anak dalam kegiatan bersama.
Wajar jika ada data yang menyebutkan, jumlah doktor di dalam barisan kader PKS paling banyak dibandingkan partai lainnya. Data ini tentu agak berseberangan dengan kalimat, ‘PKS mencuci otak kadernya, PKS mencocok hidung kadernya, hingga logika tidak digunakan, otak tak lagi berfungsi, bisa didustai pemimpinnya.’
I laugh. Saya hanya tertawa mendengar klaim-klaim semacam ini. Klaim yang terus berulang.
Mengapa saya hanya tertawa? Bagaimana mungkin para doktor sebanyak itu bisa dibodohi qiyadah atau pemimpin mereka? Sedang dalam kehidupan sehari-hari, mereka menggunakan logika sainstifika?
Ada satu yang sulit diterima orang luar PKS, bahwa para calon doktor dan doktor itu bergerak karena satu hal, ‘Lillah, lillah, dan lillah.’ Bukan lil partai.’ Karena Allah, bukan karena partai.
Ingin menjelaskan pada semua pembaca di sini, dalam ruang kecil diskusi para doktor ini (saya saksinya), analisa kritis tentang kebijakan partai adalah hal biasa. Menyampaikan masukan pada pimpinan pusat tak pernah jengah. Komunikasi dua arah, atas-bawah, dan sebaliknya jauh lebih sehat dan hidup dibandingkan partai lainnya.
Partai mana yang menterinya bisa langsung ditelepon tanpa melewati asisten pribadi? Tidak ada sekat antara yang sedang memimpin dan dipimpin, karena di dalam tubuh PKS dihidupkan semangat menerima amanah, menjauh dari nafsu mengejar kekuasaan. Saat ini memimpin, esok menjadi yang dipimpin. Siap menjadi prajurit ataupun komandan jika diminta. Any time. Kapan saja. No problem. Tak masalah.
Di PKS, pemilihan calon anggota legislatif (caleg) itu dasarnya penunjukan melalui mekanisme musyawarah. Saya kenal banyak dari mereka yang awalnya keberatan dan menolak. Coba, partai mana yang calegnya menolak dicalonkan? Yang ada malah caleg membayar untuk dapat nomor di surat suara.
Berbagai dusta dan berita miring tentang PKS sedang banyak beredar. Jawabku, Allah Maha Tahu. Wa makaru wa makarallahu, wallahu khairul makirin. Allah tahu apa yang terjadi sesungguhnya.
Saya wartawan yang juga dosen jurnalistik. Dari sejak menjadi mahasiswa, saya dididik untuk berdiri hanya di atas kebenaran, di atas semua golongan. Bukan berdiri di atas kepentingan satu kelompok, misalnya PKS.
Dengan demikian, saya bersaksi, ada begitu banyak kebaikan di dalam PKS. Semoga Allah berkahi, Allah lindungi, Allah terima amal kebaikan mereka, orang-orang yang bekerja dalam diam, jauh dari sorotan media.
Saya saksikan pengorbanan harta yang tak masuk di akal dari mereka yang di sana, untuk meninggikan agama-NYA. Saya saksikan, malam-malam bertanggang, malam yang tidak dihiasi dengan tidur, yang mereka jalani untuk mencari solusi persoalan terdekat yang menjadi bebannya.
Saya saksi ketika mereka mendahulukan beberapa kerja dakwah, dan luar biasa, nilai A+ lah yang jadi hasil tugas belajar di kampusnya. Saya saksikan, mereka yang untuk bulanan saja sulit, namun tetap bersemangat memberikan kontribusi. Saya melihat perjuangan mereka datang dari kota-kota sebelah, berjam-jam dalam perjalanan, demi membuhul cinta, bekerja untuk-NYA.
Apakah kursi parlemenkah yang menjadi ambisi mereka?
Tidak. Andai ada satu dua yang menjadi lebih dekat dengan Rabbnya, cukup. Andai satu dua ada yang menemukan cinta-NYA, alhamdulillah.
Tetap bekerja, ada atau tidak ada dalam parlemen. Dekat atau jauh dari pemilu, bakti itu terus diberikan. Selalu melatih diri menjadi yang pertama menegakkan hukum-NYA.
Bukan hasil di dunia, tapi catatan di sisi-NYA hingga semoga terbawa nanti sampai di akhirat.
Hingga, apapun yang terjadi, tetap menang.
Menjadi wartawan yang berdiri di atas kebenaran, sungguh sejalan dengan semangat gerakan ini. Karena gerakan dakwah ini pun tidak bekerja demi kelompoknya. Cita-citanya adalah kebaikan bagi dunia.
Lihatlah di berbagai belahan dunia. Tak berada di Indonesia pun, semangat memberi itu tetap kobar.
Saya akan akhiri dengan: Kelemahan pun banyak. Namanya manusia. Tapi, semangat perbaikan itu kental dan merata di segala lapisan. Semangat ini kemudian melandasi kajian-kajian kritis, adu argumentasi.
Saya berdoa, semoga sambil terus bekerja, satu-satu PR atau pekerjaan rumah itu nampak solusinya. Ini juga ujian dalam perjuangan. Andai mulus-mulus saja, tentu bukan itu tabiat dakwah.
Adapun dakwah, milik Allah. Manusia di dalamnya sebagian bisa tertinggal, terlepas dari dakwah. Namun dakwah terus berjalan, ada atau tidak ada kami atau mereka di sana.
Yang mengikat adalah nilai laa ilaha illallah. Nilai tak berubah dari dahulu sampai sekarang. Di manapun berada. Palestina, Afghanistan, Suriah, Mesir, Inggris. Membawa kepada Allah.
Dan terakhir, lihatlah sosok kader PKS di sekitarmu, bandingkan dengan berita-berita di media. Percayalah, sebagian besar media sudah ditunggangi kepentingan. Baik kepentingan pemilik, maupun kepentingan ideologi. Sudah sekian banyak penelitian membuktikan.
Percayailah nuranimu. (*)
*Penulis : M. Herawati (Dosen jurnalistik di Bandung, sedang mengikuti program doktoral di Inggris)